Minggu, 17 April 2016

Relay pada mobil

Relay Pada Mobil Dan Sistem Starter



Relay adalah semacam saklar yang digerakan listrik. Loh saklar listrik kok digerakan listrik? Apa maksudnya? Contohnya relay lampu, jika lampu menggunakan lampu halogen 120 watt misalnya. Berarti harus menggunakan kabel yang kuat 120 watt/12 volt = 10 Ampere. Sementara lampu asli dari pabrik bawaan hanya 60 watt (misalnya) yang memakai kabel dengan KHA(Kekuatan Hantar Arus) 5 Ampere. Jika lampu 60 watt ini diganti 120 watt maka kabel KHA 5 A dilewati arus 10 A, yah kabel jadi panas.. melepuh dan hangus. Yang memicu konsrtleting dan kebakaran. Jadi kabel KHA 5A harus diganti kabel KHA 10A. Masalahnya :

- Ganti kabel hingga switch di dashboard --> repot dan mahal
- kabel KHA 10A jadi panjang --> mahal juga

Jadi digunakan relay. Dengan relay ini maka saklar didashboard seolah dipindahkan dekat lampu dan accu. Saklar di dashboard digunakan untuk menyaklar relay yang berada di dekat lampu dan accu. Karena arus yang digunakan untuk menggerakan relay sangat kecil, sekitar 0.07 A - 0.14 A maka instalasi kabel yg KHA 5A tadi tidak usah diganti. Selanjutnya penyaklaran lampu dilakukan oleh relay. Relay lampu biasanya bisa menyaklar arus hingga 30 - 40 A. Nah baru kabel dari accu ke lampu yang disaklar relay menggunakan kabel besar, misalnya pakai kabel KHA 10 A. Agar kabel besar tidak berpanjang-panjang maka relay diletakan di dekat accu dan lampu atau dinamo starter.

Bagaimana cara kerja relay?


Pada gambar diatas adalah relay 5 kaki, pada relay 4 kaki maka tidak ada kaki 87a. Terlihat antara kaki 85 dan 86 terdapat kumparan/koil. Koil ini jika dialiri listrik maka menjadi magnet yang menarik saklar kearah kaki 87, jika tidak ada arus pada koil maka saklar terlepas kembali ke titik 87a. Jika antara kaki 85 dan 86 tidak terdapat arus yang mengalir maka saklar tetap parkir di 87a, menghubungkan kaki 30 dan 87a, hubungan kaki 30 dengan kaki 87 terputus. Pada relay 4 kaki berarti hubungan kaki 30 dengan kaki 87 terputus. Tapi jika dialiri arus pada  kaki 85 dan 86 maka saklar tertarik parkir di kaki 87, menghubungkan kaki 30 dengan kaki 87. Jadi dengan meng-ON-OFF-kan listrik pada  kaki 85 dan 86 maka hubungan  kaki 30 dengan kaki 87 juga jadi ikut ON-OFF.. ini yang disebut relay. ON-OFF pada kaki 85 dan 86 hanya butuh arus 0.07 A - 0.14 A,  sementara saklar kaki 30 dan 87 mampu mengalirkan arus hingga 30 - 40 A.

Aplikasi pada lampu misalnya :


Aplikasi pada dinamo starter :
Biasanya relay digunakan untuk menyaklar solenoide starter, padahal  solenoide starter itu juga relay :D .


Pada sistem starter diatas terlihat kabel kontak-relay dan kontak accu pakai kabel KHA 0.5 A sementara kabel relay-dinamo-accu pakai kabel KHA 30 A.



Pada sistem starter diatas, kaki 30 terpasang ke accu melalui sebuah sekering. Titik 30 ini SELALU pada tegangan sekitar 12 volt. Kaki 87 terhubung ke trigger solenoid starter. Atau bisa jadi terbalik pemasangannya, titik 30 ke solenoid dan titik 87 ke (+) accu. Asumsinya selanjutnya adalah titik 87 ke solenoid dan titik 30 ke (+) accu.

Solenoid starter

Solenoid selalu terpasang pada dinamo starterTitik 86 terhubung dengan kontak, jika kontak on maka ada tegangan sekitar 12 volt pada titik 86. Memeriksanya pakai AVOmeter atau Multimeter atau Testpen DC atau gunakan lampu mobil/motor 12 volt sebagai lampu test . Hubungan (-) lampu (yang ada ulirnya) dengan (-) accu. Tempelkan (+) lampu (yg menonjol) ke titik 86. Lampu test seharusnya menyala jika kontak on, dan mati jika off. Jika lampu test  selalu mati dan accu bagus (bisa cek juga dengan lampu) dan ada tegangan 12 volt di titik 30 (lampu test nyala di titik 30),  berarti ada masalah di kontak dan atau di kabelnya.

Jika lampu test tidak menyala saat ditempelkan di titik 30 maka berarti ada kabel atau sekering yang putus.

Jika lampu test selalu menyala di titik 30, dan nyala-mati di titik 86 mengikuti kontak, tapi tidak nyala di titik 87 berarti relay rusak. Untuk daruratnya, cabut relay dan hubungkan titik 86 dengan titik 87 memakai kabel.
Lampu DC 12 volt sebagai lampu testSangat dianjurkan untuk mempunyai Testpen DC :

Testpen DC sumber gambar : danangedewa.com
Contoh penggunaannya : Capit buaya di jepitkan pada massa/body mobil atau (-) accu. Ujung obeng ditempelkan pada titik yang ditest.

gambar : otomodif.otomotif.com
















Berbagi rumus

berbagi rumus listrik

Disini saya tidak bermaksud untuk menggurui atau berniat yang bukan2,tetapi saya cuma ingin berbagi rumus berdasarkan pengalaman dikerjaan.Mungkin kalau ada yang lebih detail mengenai rumus ini bisa juga berbagi kepada saya khususnya atau orang lain umumnya,terimakasih.

Mencari rumus setting over load motor listrik 3 phasa dan besaran kontaktor dan MCCB yang digunakan.

misal  :

motor 3 phasa  = 18,5 kw (tertera di name plate)

cos ϕ = 0,88

thermal overload 35 A = 24 s/d 36 A (untuk settingan overload)

thermal overload 20 A = 18 s/d 22 A

berapa setting overload,jika thermal overload terpasang diatas kontaktor ?

diketahui :

P = 18,5 kw =18500 w

v = 380 v

maka :

I = P / v.cos ϕ.√3

  = 18500 / 380.0,88.1,73

  = 18500 / 578,512

  = 31,97 A (untuk settingan overload jika thermal overload terpasang diatas kontaktor)

Jika thermal overload terpasang dibawah kontaktor,maka :

setting overloadnya :

  = 31,97 / √3

  = 31,97 / 1,73

  = 18,48 A (untuk settingan overload jika thermal overload terpasang dibawah kontaktor)

Menentukan kontaktor yang di gunakan untuk rangkaian Star-Delta,tentukan terlebih dahulu 

Kontaktor Star nya.Untuk menentukan kontaktor Star,diambil dari hasil perhitungan setting 

over load di atas kontaktor,yaitu :

I = 31,97 A dibulatkan menjadi 32 A

maka kontaktor yang digunakan adalah 32 A (untuk kontaktor Star)

Untuk menentukan Main Kontaktornya,yaitu :

  = 32 A x √3

  = 32 x 1,73

  = 55,36 A

Karena ada arus kejut dari perpindahan Star ke Delta maka hasil dari 55,36 A dikalikan lagi 

dengan √3 menjadi :

  = 55,36 x 1,73

  = 95,77 A

Jadi kontaktor yang digunakan untuk Main Kontaktor adalah : 100 A (pembulatan dari 95,77)

yang juga digunakan untuk kontaktor Delta.

Untuk MCCB yang digunakan adalah :

  = 32 A x √3

  = 32 x 1,73

  = 55,36 A

Maka MCCB yang digunakan adalah : 60A (pembulatan dari 55.36)

Pln mati genset langsung menyala

Panel AMF ( Automatic Mains Failure ) adalah panel yang biasanya digunakan untuk merujuk pada sistem otomatisasi dalam keadaan dimana sumber daya utama / PLN dalam keadaan tidak berfungsi / padam, maka panel AMF secara otomatis menginstruksikan sumber daya cadangan (genset) untuk mulai bekerja untuk menggantikan sumber daya utama / PLN. Penggunaan AMF didukung oleh ATS (Automatic Tranfer Switch) yang akan memindahkan beban secara otomatis dari sumber daya utama (PLN) yang telah padam ke sumber daya cadangan (genset) Spoiler for cara kerja  Meskipun panel ATS-AMF dirancang untuk bekerja secara otomatis tanpa bantuan operator, bukan berarti bisa ditinggalkan tanpa peduli sama sekali. sering terjadi persepsi yang salah, karena dianggap akan bekerja secara otomatis, pemeliharaannya diabaikan begitu saja. Pengabaian perawatan dapat mengakibatkan kegagalan sistem. Ada beberapa hal yang harus di perhatikan untuk sistem otomatisasi agar dapat bekerja dengan baik,diantaranya : Pemasangan panel dalam ruangan yang bersih dan tidak lembab / basah dan tidak terkena hujan (jika memang tidak terhindari, harus menggunakan panel yang memiliki spesifikasi dapat untuk penggunaan outdoor). Hindari menginstal panel di tempat yang menimbulkan getaran. Getaran dapat mengakibatkan relay copot (Jika ATS/AMF dengan sistem relay) ataupun copotnya solderan pada modul (dalam jangka waktu panjang), jika tidak terhindarkan hendaknya dibuat peredam getaran. Kabel kontrol harus terlindungi dari gangguan tikus dan binatang lainnya, tutup semua lubang sehingga hewan tidak dapat masuk. Selalu periksa kondisi sistem pengisian baterai. Wajib untuk melakukan Pemeriksaan level air accu secara berkala Tegangan baterai/accu harus dipertahankan >12.5 VDC pada sistem generator dengan baterai 12 VDC, dan >27 VDC pada sistem 24V, dan pastikan kabel baterai/accu terpasang ke dengan kencang untuk menghindari terjadinya percikan api. jika kurang dari tegangan tersebut, maka dapat dipastikan akan terjadi kegagalan start. Periksa kondisi air radiator. Periksa juga kondisi pipa / selang bahan bakar dan sistem pemipaan bahan bakar secara keseluruhan, dapat juga terjadi (karena jarang digunakan) masuk angin palsu pada sistem input bahan bakar — dari tangki menuju injection pump– dipastikan akan terjadi gagal start dalam hal ini. Periksa kondisi filter solar, sebaiknya dilengkapi dengan pemisah air untuk memisahkan kandungan air di dalam bahan bakar agar tidak masuk kedalam sistem pembakaran. Periksa juga kondisi filter oli dan juga kondisi oli. Periksa kondisi kabel pada generator, hindari kabel bersentuhan dengan sudut panas dan tajam. berikan pengaman agar kabel tidak rusak. Pastikan genset dalam keadaan baik, pada beberapa panel AMF sistem ini juga dilengkapi dengan fasilitas pemanasan otomatis, jika tidak dilengkapi dengan sistem pemanasan, dapat dilakukan pemanasan 1 minggu 1x selama 15 menit tanpa beban. jika ingin diberikan beban juga tidak masalah, dengan mematikan sumber daya utama (PLN) selama 15-30 menit. Dengan memperhatikan hal diatas, kegagalan sistem otomatisasi dalam panel AMF akan mendekati angka nol (99,9% uptime). Panel ATS/AMF terdiri dari beberapa bagian utama meliputi : Perubahan sistem yang berfungsi sebagai switch, bisa berupa MCCB, kontaktor ataupun solenoid (misalnya merk: takada, kyritsu, korps) Metering yang berfungsi sebagai indikator. batere charger untuk mempertahankan tegangan batere Modul pengendali yang berfungsi sebagai menhidupkan dan mematikan genset (dapat berupa relay ataupun modul elektronik)